Ketika permasalahan begitu menyita sebagian besar diri kita. Mengepung dari segala penjuru, bertubi-tubi seakan tiada henti. Dan ketika itu kita merasa hidup menjadi sempit. Fikiran kelelahan terkuras untuk menyelesaikan permasalahan, dan segala potensi terfokus berusaha untuk keluar dari masalah tersebut. Namun usaha-usaha yang kita lakukan sama sekali tidak memberikan titik terang penyelesaian, malah semakin memperkeruhnya.
Disaat seperti itu, kita lebih cenderung mudah berputus asa, banyak mengeluh, dan mulai pesimis dengan segala yang kita usahakan.
Berhentilah sejenak jika kita mengalami kondisi seperti itu. Kompleksitas fikiran diwaktu itu tidak akan mampu membuat kita berfikir jernih. Bisa jadi kita akan mengalami stagnasi ketika memaksakan diri untuk terus berfikir, dan terfokus pada masalah tersebut.
Bahkan akan lebih baik bagi kita untuk mundur selangkah. Mundur, bukan berarti kita lari dari masalah atau berlepas diri darinya. Tapi mundur disini lebih pada menciptakan suatu kondisi dalam diri kita, kondisi yang lebih fit, lebih jernih, lebih fleksibel. Untuk kemudian kita kembali menghadapi masalah-masalah kita, dalam kondisi yang lebih siap.
Terkadang yang menjadi masalah bukanlah masalah itu sendiri. Melainkan diri kitalah yang menjadi masalah itu. Kejenuhan, kelelahan, tekanan membuat kita tidak mampu memetakan secara baik akar permasalahan yang sedang kita hadapi. Ketidaksiapan kita ketika awal menghadapi masalah, membuat masalah berlarut-larut tanpa ada penyelesaian. Dan fikiran kita semakin kompleks dan jenuh.
Mundur selangkah menjadi solusi yang baik disaat seperti itu. Lepaskan semua beban, ciptakan sejenak kondisi seperti kita sedang tidak terlibat masalah apapun. Refreshing-lah, lakukan perjalanan wisata, ciptakanlah kondisi baru yang kita tidak pernah mengalaminya. Namun kondisi yang membuat kita nyaman. Lihatlah, dengarlah, dan rasakanlah hal-hal baru dan indah, atau bahkan menantang yang menyita seluruh potensi kita. Hingga untuk sementara, apa yang menjadi masalah kita bisa terlupakan. Syaraf-syaraf kita yang tegang akan kembali rileks, kondisi tubuh akan kembali pulih. Sugesti ketika merasakan keindahan membuat kita lebih bahagia. Ini akan mengembalikan senyum diwajah kita, dan membuat kita lebih siap untuk kembali menghadapi masalah.
Seperti seorang pelompat, ketika ingin mencapai lompatan terbaik ia harus mundur beberapa langkah dari titik lompatnya. Ketepatan menentukan langkah mundur menjadi modal terbaik dan menjadi peluang untuk ia mampu menciptakan lompatan spektakulernya. Begitulah analogi mundur selangkah, bukan sebuah cara untuk lari, namun cara untuk mengumpulkan kekuatan kembali. Bahkan untuk melakukan lompatan diri.
(efhaz)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment