Di sebuah kerajaan, hiduplah seorang ibu dan anak laki laki satu satunya , sementara suaminya telah lama meninggal karena sakit. Anak lelaki itu sayangnya mempunyai perilaku buruk , tukang bikin onar , melakukan berbagai tindak kriminal dan semacamnya. Sang ibu beberapa kali menasehati agar anaknya tidak melakukan berbagai hal buruk lagi , namun sayang semua itu tidak didengar.
Sampai suatu saat , si anak melakukan perampokan dan pembunuhan secara sadis. Masyarakat yang sudah geram dengan tingkahnya segera menangkapnya dan menyerahkan pada sang raja untuk diberi hukuman . Setelah berbagai pertimbangan dan laporan dari masyarakat , akhirnya diputuskan si anak akan dihukum mati .
Mendengar anaknya akan dihukum mati , sang ibu langsung menemui raja , walau seburuk apapun prilaku anaknya , kasih sayangnya tak pernah hilang. Dihadapan raja ,sang ibu bersimpuh dan bersujud memohon pengampunan. Raja bukannya tak kasihan atau iba pada ibu itu namun kesalahan anak sang ibu sudah terlalu besar , oleh karena itu dengan meminta maaf pada ibu itu , raja mengatakan tak bisa memberi pengampunan , anak sang ibu tetap akan dihukum mati besok pagi tepat saat lonceng kerajaan pertama kali berbunyi.
Keesokan pagi semua orang sudah berkumpul dilapangan untuk menyaksikan jalannya hukuman mati mereka hanya tinggal menunggu lonceng kerajaan dibunyikan.
Namun aneh , sudah lewat beberapa menit dari waktu seharusnya , tetapi lonceng tak juga berbunyi . Maka raja dan beberapa orang segera memeriksa kenapa lonceng tak juga berbunyi.
Di menara lonceng , petugas yang seharusnya membunyikan lonceng juga merasa heran , ia sudah menarik tali lonceng beberapa kali namun tak ada suara nyaring yang keluar. raja kemudian memerintahkan seseorang untuk naik memeriksa lonceng.
Belum juga lonceng diperiksa , tiba tiba dari tali lonceng mengalir darah segar. Ketika diperiksa ternyata darah itu berasal dari ibu si terhukum mati , ia mengikatkan diri di bandul lonceng , sehingga ketika tali ditarik , kepalanya lah yang menghantam dinding lonceng. ia melakukan itu semua sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan anaknya walalupun hanya beberapa menit.
Sang anak meraung raung menangis menyesali semua perbuatannya , dan besarnya kasih sayang ibunya walaupun ia sering berbuat jahat. Hari itu tak ada seorangpun yang tak meneteskan air mata
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment